Raja Mughal -Ke 3
Jalāl ud-Dīn Muhammad
Akbar
Akbar (bahasa Urdu: جلال الدین محمد اکبر , bahasa Hindi: जलालुद्दीन मुहम्मद अकबर, Hunteria: Jalāl ud-Dīn Muhammad
Akbar), juga dikenal sebagai Shahanshah Akbar-e-Azam atau Akbar
yang
Agung (lahir 23 November 1542 – meninggal
27 Oktober 1605
pada umur 62 tahun)[1][2] adalah Sultan Mogul ke-3. Ia adalah
keturunan Dinasti Timurid,
putra dari Sultan Humayun dan cucu dari Sultan Mogul Zaheeruddin
Muhammad Babur, penguasa yang mendirikan dinasti Mugol di India.
Pada akhir pemerintahannya pada tahun 1605, kesultanan Mugol mencakup sebagian
besar bagian utara dan tengah India. Ia paling dihargai karena memiliki
pandangan liberal untuk semua agama dan kepercayaan, selama pemerintahannya
seni dan budaya mencapai puncak dibandingkan dengan pendahulunya.
Akbar berusia tiga belas tahun
ketika ia naik tahta Mogul di Delhi (Februari 1556) setelah
kematian ayahnya, Humayun.[3] Selama masa pemerintahannya, ia
menyingkirkan ancaman militer dari keturunan Pashtun yang paling berkuasa, Sher Shah Suri, dan di Pertempuran Panipat ia
mengalahkan raja Hindu, Hemu.[4][5] Ini membutuhkan waktu hampir dua dekade
lebih untuk mengukuhkan kekuatannya dan membawa semua bagian utara dan tengah
India menjadi wilayah kekuasaannya. Saat pemerintahannya, ia mempengaruhi
seluruh subkontinen India. Sebagai seorang sultan, Akbar mengukuhkan
kekuasaannya dengan mengejar diplomasi bersama kasta Hindu yang sangat kuat,
Rajput dan dengan menikahi putri Rajput.[4][6]
Pemerintahan Akbar secara
signifikan mempengaruhi seni dan budaya di negeri ini. Ia adalah seorang
pendukung besar seni dan arsitektur.[7] Ia memiliki minat besar dalam lukisan
dan dinding istananya dihiasi dengan mural.
Selain mendorong perkembangan lukisan Mogul, ia juga mendukung gaya lukisan
Eropa. Ia menyukai sastra dan memiliki beberapa karya Sanskerta yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kitab suci Persia diterjemahkan
dalam bahasa Sanskerta.[7] Selama tahun-tahun awal
pemerintahannya, ia menunjukkan sikap tidak toleran terhadap Hindu dan agama
lainnya, tetapi kemudian mengaplikasikan toleransi terhadap agama non-Islam
dengan memutar kembali sebagian hukum syariah yang ketat.[8][9][10] Pemerintahannya meliputi sejumlah tuan
tanah, courtier dan jenderal militer Hindu. Ia memulai serangkaian debat
agama saat ulama Muslim akan memperdebatkan masalah agama dengan Hindu,
Jainisme, Zoroastrianisme dan Katolik Roma Portugis, Yesuit. Ia memperlakukan para pemimpin agama dengan perhatian
besar, terlepas dari keyakinan yang dianut dan menghormatinya. Ia tidak hanya
memberikan tanah dan uang untuk masjid tapi juga sejumlah candi
Hindu di utara dan tengah India, gereja Kristen di Goa dan
menghibahkan lahan untuk keyakinan Sikhisme yang baru saja lahir sebagai pembangunan
tempat ibadah. Kuil Emas
yang terkenal di Amritsar, Punjab dibangun di tempat yang sama.[11]
Daftar isi
- 1 Sultan Mogul
- 2 Keagamaan
- 3 Pelindung keilmuan
- 4 9 Permata yang Tersohor
- 5 Tahun-tahun terakhir
- 6 Referensi
- 7 Pranala luar
Sultan Mogul
Akbar dilahirkan di Umarkot,
Sind pada 15 Oktober 1542.
Ayahandanya Humayun didepak dari tahta dalam beberapa pertempuran dengan Sher
Shah Suri, pemerintah Afghan. Setelah 12 tahun
di luar negeri, Humayun mendapatkan kembali kekuasaannya tetapi hanya untuk
beberapa bulan sebelum meninggalnya. Akbar menggantikan ayahandanya pada 1556
di bawah pengawasan Bairam Khan, bangsawan Turkoman, yang berusaha menghalangi
pesaing kepada tahta, memperketat disiplin tentara, dan membantu memantapkan
kesultanan yang baru dibangun kembali itu. Bagaimanapun, Bairam adalah seorang
yang mabuk kekuasaan dan kejam. Setelah ketenteraman kembali, Akbar mengambil
alih tampuk pemerintahan dengan sebuah pengistiharan pada Maret 1560.
Pada 5 November 1556, 80 km ke
utara Delhi, angkatan Tentara Mogul mengalahkan tentara
Hindu yang dipimpin Jeneral Hemu demi menyerahkan pada Akbar takhta India di
Pertempuran Panipat Kedua. Ketika Akbar naik tahta, hanya sebagian kecil bekas
jajahan Kesultanan Mogul
masih dibawah kekuasaannya, lalu ia berupaya untuk mengembalikan
kawasan-kawasan lama itu ke dalam kekuasaan Mogul. Ia meluaskan Kerajaan Mogul
dengan penaklukan Malwa
(1562), Gujarat (1572), Benggala (1574), Kabul (1581), Kashmir (1586), dan Kandesh
(1601), dan beberapa negeri yang lain. Untuk setiap negeri itu, baginda
meletakkan seorang wazir baru, dan mengawal administratif mereka.
Akbar tidak berniat membiarkan
para menterinya terpusat di Delhi, lalu ia memindahkan kementeriannya ke
Fatehpur Sikri, dekat dengan Agra, namun karena langkah ini
terbukti tidak mencapai tujuan, baginda mendirikan "kerajaan
bergerak" supaya dapat memperhatikan perkembangan di dalam negaranya. Ia
menggalakkan perdagangan dan telah membagikan tanah-tanah untuk memudahkan
urusan bea cukai. Ia menitahkan agar para pemungut cukai tidak mengambil cukai
lebih besar daripada yang sepatutnya.
Keagamaan
Terdapat masyarakat Hindu
dan Islam di dalam kesultanan Akbar, dan perbedaan
kepercayaan yang lebar memisahkan budaya kedua masyarakat ini. Muslim boleh
memakan daging lembu, sedangkan agama Hindu tidak membenarkan memakan binatang;
orang Hindu boleh meminum arak, tetapi hal ini diharamkan dalam kehidupan
masyarakat Islam. Di dalam jurang perbedaan pendapat inilah Akbar berusaha supaya
tidak terjadi huru-hara di dalam negaranya.
Walaupun terdapat pelbagai
masalah keagamaan, Akbar tetap mengamalkan dasar 'toleransi' kepada semua
agama. Dan ia turut mengambil langkah baru dengan mencoba untuk menghasilkan
agama baru yang dipanggil Din-i-Ilahi, yang mengandungi unsur-unsur Islam dan
Hindu. Baginda turut menghapus cukai yang pernah dikenakan
terhadap rakyat bukan Islam di dalam kerajaannya.
Pelindung
keilmuan
Walaupun buta huruf (atau mungkin menghidap disleksi),
Sultan Akbar amat memuliakan ilmu pengetahuan, iapun mengundang pendeta-pendeta
dan cendikiawan dari pelbagai agama untuk memperbincangkan mengenai pelbagai
perkara dengannya. Ia juga menjadi majikan kepada banyak orang berbakat, di
antaranya dari keluarga Feizi dan Abul Fazl. Feizi dan saudara-saudaranya
pernah diarahkan untuk menterjemahkan beberapa hasil kajian ilmiah dari bahasa Sanskerta ke bahasa Persia; dan menurut catatan di dalam
Akbar-Nameh, Abul Fazl pula telah meninggalkan jasa yang amat berharga semasa
pemerintahan Akbar. Disebutkan Akbar pernah memberi perintah supaya Jerome
Xavier, seorang pastor Yesuit, untuk menterjemahkan 4
Injil ke dalam bahasa Persia.
9 Permata yang Tersohor
Sebagai seorang pemerintah
agung dan peminat kesenian, Akbar telah memanggil para cerdik pandai buat
menghadapnya. Ada 9 tokoh yang disebut berbakat dalam bidang mereka
masing-masing, dan mereka dikenal sebagai "nau-rathan", atau 9
Permata. Akbar mengumpulkan banyak orang bijaksana, tetapi yang paling terkenal
adalah 9 Permata.
Abul Fazl
(1551-1602) adalah pencatat perkembangan pemerintahan Akbar. Ia telah menulis
sebuah biografi berjudul "Akbarnama", yang memakan waktu selama 7
tahun diselesaikan. Ia mencatatkan sejarah pemerintahan itu dengan terperinci,
dan memberikan gambaran bahwa negerinya aman makmur semasa zaman Akbar. Iapun
menerangkan tentang betapa teratur dan bijaknya pemerintahan kerajaan Mogul di
bawah naungan Akbar.
Feizi
(1547-1595) adalah saudara Abul Fazl. Ia merupakan seorang penyair, dengan
tumpuan di dalam bahasa Parsi. Akbar
amat menghormati tokoh ini sehingga melantiknya untuk menjadi guru kepada
puteranya. Antara karya beliau ialah "Lilabati", berkenaan dengan
matematika.
Mian Tansen adalah seorang penyanyi. Ia
dilahirkan dari sebuah keluarga Hindu pada tahun 1520 di dekat Gwalior. Ayahnya
Mukund Mishra ialah seorang penyair. Mian Tansen menuntut ilmu musik dengan
berguru pada Swami Haridas dan Hazrat Mohammad Ghaus. Ia menjadi penghibur di
istana putera negeri Mewar, dan kemudian dipanggil Akbar untuk tinggal di
istananya pula, menyebabkan Putera Mewar sedih dengan kepergiannya. Tansen
menjadi seorang yang terkenal di India dan telah menggubah banyak raga
(ritma musik) klasik. Raga Deepak dan Megh Malhar adalah antara lain yang
termasyhur di India. Tatkala menyanyikan raga-raga ini, Tansen
disebutkan menyalakan pelita dan mengakibatkan hujan turun. Ia juga disebut
sebagai orang yang menciptakan raga Darbari Kanada dan menjadi peletak
dasar nyanyian Drupad. Malah para Ghanara masa kini selalu mencoba untuk meniru
cara klasik Mian Tansen. Ia dikubur di Gwalior, di mana sebuah makam telah
kemudiannya dibuat. Terdapat sebuah pohon asam bersebelahan makam itu, dan
dikatakan setua makam itu sendiri. Adalah menjadi kepercayaan penduduk setempat
bahwa sesiapa yang mengunyah sehelai daun pohon itu maka dia akan dikaruniai
bakat dalam bidang musik. Tidak dapat dipastikan apakah Tansen memeluk Islam
atau tidak, namun Akbar sangat berkenan dengannya sehingga menerima pangkat
Mian. Anaknya Billas Khan mengarang raga Bilaskhani Todi dan putrinya
Saraswati Devi menjadi seorang penyanyi Drupad yang banyak dikenal
Birbal
(1528-1583) adalah seorang Brahmana yang miskin, dan telah dilantik ke
kementerian Akbar kerana kebijaksanaan dan daya pemikirannya. Pada awalnya ia
bernama Maheshdas, tetapi diberikan nama Raja Birbal oleh Akbar. Sultan Akbar
amat mempercayainya kerana kepandaiannya, dan juga karena ia berbakat dalam
menghibur sultan dan para menteri. Terdapat pelbagai kisah-kisah lucu dan
cerdik berkenaan maharaja Akbar dan menteri-menterinya, dan kisah-kisah itu
masih diceritakan sampai sekarang. Cerita-cerita itu kebanyakan mencabar
minda dan berisi pengetahuan. Birbal juga adalah seorang sastrawan dan
kumpulan karyanya bertuliskan nama samaran "Brahma", dan masih
disimpan di Museum Bharatpur. Raja Birbal terbunuh di medan tempur dalam usaha
menumpas pemberontakan suku-suku Afghan di barat laut India. Terdapat suatu
cerita yang mengatakan bahwa Akbar berkabung dalam waktu yang agak lama setelah
mendengar berita itu.
Raja
Todar Mal adalah menteri keuangan Akbar, dan ia bertugas untuk
menguruskan pendapatan cukai negara sejak tahun 1560. Ia memperkenalkan sistem
piawai untuk mengukur berat dan ukuran, hasil pendapatan daerah, dan
kepegawaian. Caranya yang teratur lagi sistematik berkenaan pemungutan cukai
kemudian menjadi contoh pada kesultanan Mogul dan kerajaan Inggris. Selain
sebagai seorang menteri, ia turut melibatkan diri sebagai seorang perwira, dan
ia pernah menyertai Akbar dalam perebutan Benggala dengan pemberontak Afghan.
Raja Todar Mal belajar ilmu pemerintahannya dari Sher Shah, seorang yang juga
pernah menjadi seorang administrator. Karena jasanya, Akbar memberikan gelar
"Diwan-I-Ashraf" pada tahun 1582 kepadanya.
Makam Akbar yang Agung
Raja
Man Singh ialah raja Kacchwaha di negeri Amber. (Kaum Kacchwaha
kemudian mendirikan Jaipur, berdekatan dengan Amber). Laksamana ini yang amat
dipercayai Akbar ialah cucu saudaranya. Keluarga sultan telah diberikan pangkat
"amir" ketika dimasukkan ke dalam susunan alur kerajaan Mogul. Raja
Man Singh banyak mengabdi kepada Akbar di dalam pelbagai medan tempur, termasuk
menghalangi gerak maju Hakim (saudara tiri Akbar, dan wizurai di Kabyul) di
Lahore. Ia juga memimpin tentara untuk melawan Orissa.
Abdul Rahim Khan-I-Khan ialah seorang penyair,
dan anak pengawas Akbar semasa baginda kecil, Bairam Khan. Setelah Bairam Khan
terbunuh akibat perbuatan khianat, isterinya menjadi isteri kedua Akbar. Fagir
Aziao Din dan Mullan Do Piaza merupakan 2 penasihat di dalam kementerian Akbar.
Nama-nama lain turut disebut
sebagai "permata" di dalam kerajaan Akbar. Di antaranya adalah
Daswant (pelukis), Abdu us-Samad (penulis tulisan tangan atau kaligrafi), Mir
Fathullah Shiraz (pedagang, filsuf, dokter). Bagaimana pun, adalah diakui
bahawa Akbar pernah mengumpulkan orang-orang yang bijaksana di dalam kesenian
dan peperangan.
Tahun-tahun
terakhir
Tahun-tahun terakhir
pemerintahan Akbar diwarnai dengan kesedihan karena putera-putera baginda. 2 di
antaranya meninggal dunia semasa masih kecil, dan seorang lagi, Salim, yang
kemudian dikenali sebagai maharaja Jahangir, selalu cekcok dengan ayahandanya
sehingga tercetus beberapa pemberontakan yang dipimpinnya. Asirgarh, sebuah
kubu pertahanan di pegunungan Deccan, menjadi tempat terakhir yang ditaklukkan
sultan. Pada tahun 1599 sultan menuju ke utara untuk menghadapi pemberontakan
anaknya. Akbar amat tidak tenteram dengan tantangan ini, sehingga mempercepat
mangkatnya sultan karena kejadian ini. Sultan Akbar mangkat di Agra pada 15
Oktober 1605, dan dimakamkan di Sikandra, berdekatan Agra.
Referensi
2.
^ Conversion
of Islamic and Christian dates (Dual) As per the date convertor
Baadshah Akbar's birth date, as per Humayun nama, of 04 Rajab,
949 AH, corresponds to 14 October 1542.
7.
^ a b Maurice S. Dimand (1953). "Mughal
Painting under Akbar the Great". The Metropolitan Museum of Art
Bulletin 12 (2): 46–51. JSTOR 3257529.
9.
^ Subrahmanyam,
Sanjay (2005). Mughals and Franks. Oxford University
Press. hlm. 55. ISBN 9780195668667.
Bibliografi
- Ali, M. Athar (2006). Mughal India: Studies in Polity, Ideas, Society and Culture. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-569661-5.
- Chandra, Satish (2007). History of Medieval India. New Delhi: Orient Longman. ISBN 978-81-250-3226-7.
- Habib, Irfan (1997). Akbar and His India. New Delhi: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-563791-5.
- Hasan, Nurul (2007). Religion, State and Society in Medieval India. New Delhi: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-569660-8.
- Moosvi, Shireen (2008). People, Taxation and Trade in Mughal India. New Delhi: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-569315-7.
- Nath, R. (1982). History of Mughal Architecture. Abhinav Publications. ISBN 978-81-7017-159-1.
- Sangari, Kumkum (2007). "Akbar: The Name of a Conjuncture". In Grewal, J.S. The State and Society in Medieval India. New Delhi: Oxford University Press. hlm. 475–501. ISBN 978-0-19-566720-2.
- Sarkar, Jadunath (1984). A History of Jaipur. New Delhi: Orient Longman. ISBN 81-250-0333-9.
- Smith, Vincent A. (2002). The Oxford History of India. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-561297-4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar