- بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
- Al-HamdulliLLah;
puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa dalam
kemuliaan
dan keagungan-Nya. Yang tiada suatu maujud mana pun kecuali bersujud
kepada-Nya dan bertasbih memuja-Nya.
- Salawat
dan salam bagi Sayyidina Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya;
berserta
keluarga dan sahabatnya.
- Amma
ba
‘du-ketahuilah wahai saudaraku yang bersungguh-sungguh berkeinginan
menempuh
jalan (thariq atau thariqah) yang menyampaikan kepada
peringkat-peringkat
hakikat maha tinggi – bahawa yang paling pokok dan paling
utama-dalam
pandangan ath-tha-ifah (kelompoh ahli tasawuf) – adalah pemusatan
hati (atau
kalbu) dalam kecintaan kepada Allah serta pendekatan diri
kepada-Nya;
disamping pengerahan segenap anggota tubuh untuk beribadah
kepada-Nya dengan
satu-satunya tujuan dan harapan demi memperoleh kedekatan
dengan-Nya.
- Anda
telah meminta kepada saya – semoga Allah memuliakan anda dengan
taufik-Nya
dan memasukkan anda dalam kelompok utama para penempuh ‘jalan’ yang
menuju
kepada-Nya – agar saya menuliskan sebuah wasiat yang singkat dan
sesuai
dengan kondisi anda sendiri, yang dengannya anda bisa mendapatkan
kenyamanan
dan ketenangan batin, isamping banyak manfaat yang dapat anda
peroleh di
dalamnya.
- Maka
dalam kesempatan ini, saya ingin memenuhi permintaan anda tersebut,
seraya
mengharapkan kemanfaatannya bagi anda, dan juga doa-doa dari anda
yang
sudilah kiranya anda panjakan kepada Allah Swt. untuk diri saya.
-
- Bertakwa dan Berpegang Teguh Pada
Al-Quran dan
As-Sunnah
- Ketahuilah
bahawa wasiat yang paling bermanfaat dan paling mencakup semua aspek
kehidupan dunia dan akhirat adalahw asiat Allah Swt. kepada kita,
dan kepada
orang-orang sebelum kita, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya,
-
.....Sunguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi
Al-Kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah. (QS
An-Nisa’[4]” 131). Demikian pula wasiat Rasullulah Saw. Kepada para
sahabatny dan umatnya iaitu berpegang teguh pada Al-Quran dan
As-Sunnah.
-
- Melaksanakan
Empat Pokok
Utama
-
Manakala hal-hal
tersebut di atas telah anda ketahui, maka kini saya ingin
mewasiatkan agar
anda menjaga baik-baik dan melaksanakan empat dasar utama, termasuk
hukum-hukumnya dan persyaratan-persyaratannya, sebab hal itu
merupakan
tumpuan dari segalanya, yang apabila sudah benar pada permulaannya
akan
membuahkan kebenaran juga pada akhirnya.
- Pertama:
Memelihara kewajiban-kewajiban, baik yang bersifat batiniah,
seperti
ikhlas, yakni pemusatan arah dan tujuan bagi Allah saja, Tuhan Yang
Maha Esa
Yang Tiada sekutu bagi-Nya, ataupun yang bersifat lahiriah, seperti
shalat,
yakni berdiri dengan khusyu’ mengadap Allah Swt. Yang Maha Kuasa
lagi Maha
Mengetahui.
-
- Kedua:
Meninggalkan semua maksiat (pelanggaran) baik yang bersifat batiniah
seperti
mengikuti ajakan hawa nafsu ataupun yang bersifat lahiriahl seperti
ikut
berdesak-desakan bersama kebanyakan manusia zaman ini, dalam upaya
memperebutkan bangkai dunia.
-
- Ketiga :
Tidak bersikap sangat menginginkan sesuatu atau menunjukkan
kebutuhan kepada
sesuatu selain kepada Allah Swt. saja, disamping tidak merendahkan
diri di
hadapan siapa pun selain di hadapan Allah Swt.
-
- Keempat:bertawakal
sepenuhnya dan hanya bergantung kepada Allah Swt. dalam setiap
urusan,
disamping merasa tercukupi oleh-Nya saja,seraya senantiasa
ber-istighfar dab
ber isti’anah (meminta pertolongan) kepada-Nya, baik secara terbuka
(yakni
ketika bersama orang lain) maupun tertutup (yakni ketika berada
sendirian).
-
- Perkukuhlah
keempat pokok
utama tersebut dalam diri anda, kemudina tambahkanlah lagi dengan
empat hal
lainnya:
-
- Pertama:
Kesungguhan dalam
melakukan sesuatu, yakni berdaya upaya sejauh kemampuan demi
mencapai
kedekatan kepada (Allah Swt) Sang Kekasih.
-
- Kedua:
Ketulusan, yakni
terpusatnya seluruh potensi batiniah dan lahiriah demi meraih
sesuatu yang
didambakan.
-
- Ketiga:Kesabaran,
yakni
pemantapan diri untuk senantiasa bersungguh-sungguh dan bersikap
tulus dalam
menghadapi segala rintangan.
-
- Keempat:
Kekuatan dan
ketinggian himmah (tekad), yakni tidak merasa puas selain dengan
pengorbanan
dan peluruhan diri secara tuntas dan sempurna dalam (mencari
keridhaan)
Allah Swt. seraya meniadakan keinginan atau kebutuhan apa pun kepada
makhluk.
-
- Dalam
kaitannya dengan
makna-makna di atas, alangkah indahnya ungkapan Asy-Syaikh Umar bin
Al-faridh dalam syairnya:
-
-
Kuwakafkan baginya seluruh cinta dan pengorbananku
-
Walau takkan puas diriku sebelum benar-benar luruh di dalam dirinya
-
Pabila selain aku cukup puas dengan bayang-bayang khayalnya
-
Namun aku takkan puas bahkan dengan (hanya) berhubungan dengannya
-
- Kemudian,
sempurnakanlah
keempat pokok utama di atas, dan lengkapilah dengan empat lainnya :
-
- Pertama,
membaca Al-Quran dengan sungguh-sungguh
ber-tadabbur
(merenungi maknanya).
- Kedua,
sering-sering berzikir kepada Allah dengan
kehadiran hati.
- Ketiga,
berdiri dihadapan Allah (bertahajud) dalam
kesunyian malam
- Keempat,
bersahabat dengan orang yang mampu
menunjukkan bagimu jalan
menuju Allah, atau membantumu dan menguatkan hatimu dalam
melaksanakan bakti
dan taat kepada-Nya.
-
- Menghindari
Persahabatan
Dengan Orang-Orang yang Buruk Akhlaknya
-
-
Hendaklah anda menghindari persahabatan
dengan orang yang
dapat membuat anda menjauh dari Allah swt. Dan dari perbuatan
ketaatan
kepada-Nya. Atau yang mengajakmu melanggar perintah-Nya. Atau yang
membuat
anda lupa berzzikir (mengingat Allah dan mengucapkan nama-Nya), baik
yang ia
lakukan dengan ungkapan yang terang-terangan ataupun yang
tersembunyi.
-
- Menghindar
dari ajakan yang
melalui ucapan terang-terangan tentunya sudah jelas bagi anda.
Sedangkan
menghindar dari ajakan yang halus tersembunyi ialah dengan menyedari
bahawa
tidak sekali pun anda duduk-duduk bersama seseorang yang
menyembunyikan di
dalam hatinya niatan untuk meninggalkan pelbagai ketaatan kepada
Allah, atau
yang terus-menerus melakukan pelbagai pelanggaran terhadap
perintah-perintah-Nya, kecuali akan mengalir pula dari hatinya ke
dalam
hati anda, suatu perasaan persetujuan – walau hanya sedikit – atas
sikap
dari perilakunya itu.
-
Maka hendaklah
anda, pada zaman seperti sekarang ini, tidak memilih duduk
berbincang-bincang bersama seseorang, kecuali jika anda merasa yakin
dapat
memperoleh menfaat darinya, di bidang agama anda. Misalnya, dengan
duduk
bersamanya, anda akan bertambah kesedaran akan pentingnya jalan yang
anda
tempuh atau anda bertambah semangat dalam upaya meraih idaman anda
atau anda
sendiri justeru dapat memberinya manfaat dalam agama0nya. Namun,
semua itu
tidak boleh dilakukan kecuali setelah anda benar-benar yakin akan
keselamatan diri anda sendiri. Camkanlah baik-baik hal ini!
-
- Berhati-
hati dan
Bersikap Waspada Dalam Pergaulan
-
- Ada
tiga motivasi yang dapat memaksa seorang murid (yakni yang hendak
bersuluk
atau menempuh ‘jalan akhirat’) di suatu saat, untuk bercampur gaul
dengan
sebahagian masyarakat.
-
Pertama, kerana memang diwajibkan
(ataupun
dianjurkan) oleh syariat, misalnya dalam kaitannya dengan anggota
keluarga
yang dekat.
-
Kedua, kerana memerlukan sesuatu dalam
urusan
agama maupun dunianya yang tidak dapat terpenuhi kecuali dengan
bergaul
dengan mereka.
-
-
Ketiga, adakalanya seorang murid merasa
sumpek
atau kesepian dalam kesendiriannya atau timbul perasaan jenuh yang
menghinggapi hatinya setelah lama ber-tawajjuh(mengkonsentrasikan
diri dalam
beribadat). Perasaan seperti itu sudah merupakan bagian dari tabiat
mnausia
dan tidak mungkin terhapus atau hilang sama sekali kecuali dengan
melakukan
pergaulan dengan orang-orang tertentu. Dan yang demikian itu bahkan
termasuk
salah satu kiat untuk menenangkan jiwa atau menimbulkan kembali
semangat
yang sudah mulai pudar, sebagaimana diriwayatkan berkenaan dengan
beberapa
orang sahabat Nabi Saw.
- Oleh
sebab itu, seandainya anda pada suatu saat memang memerlukan hiburan
atau
penyegaran separti itu, hendaklah pertama-tama membaikkan niat anda,
dan
mencari tahu – atau paling sedikit,memperkirakan – akan keselamatan
agama
anda ketika bergaul dengan mereka itu. Selanjutnya, seandainya ada
suatu
pelanggaran (maksiat) yang dilakukan di hadapan anda, maka
bertindaklah
segera untuk melakukan teguran. Dan apabila teguran anda itu tidak
didengarkan dan tidak pula dihiraukan, maka selamatkanlah dirimu dan
larilah
jauh-jauh demi menyelamatkan agamamu.
-
-
Berserah Diri Sepenuhnya Kepada Allah Swt.
-
- Hendaklah
anda senantiasa
berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt., seraya meyakini bahwa
tiada daya
dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan-Nya. Dan seandainya pada
suatu
saat anda merasa gelisah, atau sumpek, atau dada terasa sempit
kerana
diliputi kecemasan, maka perbanyakkanlah membaca:
-
- (Tiada daya
dan tiada
kekuatan kecuali dengan perkenan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Agung).
-
- Itulah ubat
penawar yang
sangat bermanfaat dan sangat manjur bagi semua penyakit yang seperti
itu.
-
- Perbanyakkan
pula doa yang
diucapkan oleh Dzu’n-Nun (a.s) sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quran:
-
- (Tiada Tuhan
melainkan
Engkau;Maha Suci Engkau, sungguh aku [sebelum ini] termasuk
orang-orang
zalim)
-
- Mencurigai
Diri Sendiri
dan Menuntutnya Agar menjadi Lebih Baik
-
-
Hendaklah anda
selalu mencurigai diri anda sendiri (atau menujukan tuduhan
kepadanya) di
setiap saat, baik ia dalam keadaan pauh ataupun dalam keadaan
menentang.
Jangan sekali-kali merasakan kepuasan berkaitan dengannya sebab
barang siapa
puas dengan dirinya sendiri, akan menjerumuskannya ke dalam
kebinasaan.
Tuntutlah ia agar selalu tunduk patuh kepada Tuhannya, dan
sadarkalah ia
selalu akan pelbagai kekurangannya dalam menunaikan kewajipan
terhadap-Nya,
betapa pun anda merasa telah melakukan upaya maksimal ke arah itu.
Sebab,
sungguh amat besar hak Tuhanmu atasnya.
-
- Mensyukuri
Kurnia-kurnia
Allah
-
-
Hendaklah anda selalu mengingat nikmat kurnia Allah- yang bersifat
lahiriah
maupun batiniah dan yang ebrkaitan dengan urusan agama maupun dunia-
yang
dilimpahkan kepada anda. Perbanyakkan syukurmu itu dalam setiap
kesempatan
dengan hatimu maupun melalui ucapanmu.
-
-
Ungkapan syukur dengan hatia adalah dengan menyedari bahawa setiap
nikmat
yang diperolehnya adalah dari Allah Swt. Dan bahwa kegembiraannya
ketika
menerima suatu kenikmatan adalah disebabkan hal itu merupakan salah
satu
wasilah (sarana) untuk pendekatan diri kepada-Nya.
- Adapun
ungkapan syukur melalui lisan adalah dengan memperbanyakkan
puji-pujian
kepada Allah Swt., Sang Pelimpah kenikmatan. Sedangkan yang melalui
anggota-anggota tubuh lainnya adalah dengan mengarahkan semua
kenikmatan itu
untuk dijadikan sarana mencari keredhaan Allah Swt., disamping
menggunakannya sebagai alat bantu dalam melaksanakan
perintah-perintah-Nya.
-
-
Jangan Memberikan Perhatian Berlebihan Terhadap Urusan Rezeki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar