Ketika membaca sebuah sabda Nabi yang berbunyi: Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih: Islam
senantiasa unggul, dan ia tidak akan terungguli. Itu merupakan sabda
Rasul yang sampai sekarang kerap kali kita dengar di tiap-tiap khutbah
jum’at atau ceramah-ceramah oleh para da’i.
Disatu sisi, sabda Nabi tersebut menjadikan umat Islam terus berpacu untuk semangat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khoirot.
Namun, disisi lain, kata-kata itu pula yang meninabobokan umat Islam
dalam angan-angan hingga tertidur dan berterbang tinggi dalam buaian
janji-janji. Yang mana ia telah lupa bahwa sekarang, banyak kemunduran
dan kekurangan dari kita. Yakni, dewasa ini, angka kemiskinan di negara
kita yang mayoritas orang islam masih melangit.
Fakta ini bisa dilihat Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statiska (BPS). Di tahun 2011 kemarin, jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai angka 30, 02 juta jiwa. Seperti yang kita
tahu, jumlah penduduk di Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam
ini kondisinya semakin mengerikan. Hal ihwal ini merupakan sebuah
tamparan keras bagi kita semua.
Pertanyaannya, ada apa dengan Islam?
Apakah salah sabda yang di lontarkan dari Rasul itu? Ataukah umat muslim
sendiri yang acuh tak acuh dengan kondisi yang ada sekarang ini. Masih
dengan enjoy-nya menikmati kesengsaraan, ketertindasan, dan serba kekurangan.
Sehingga kenyataanya ini jauh terbalik dari Jargon Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih.. tetapi Islam menjadi yu’la ‘alaih.
Diungguli oleh yang lain. Maka tak ayal, generasi muslim saat ini hanya
melihat kata-kata itu tiada lain sebatas jargon yang jauh panggang dari
api.
Pentingnya peran pemuda, penguasa, dan pengusaha
Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang
mempunya andil dan peran besar dalam membangun Islam agar lebih baik?
Dalam menyikapi pertanyaan diatas, setidaknya ada tiga komponen penting
yang menurut penulis ialah orang yang bertanggung jawab dalam mengurusi
nasib bangsa.
Pertama ialah pemuda. Negara kita tengah
merindukan peran pemuda yang bisa membangun peradaban umat. Ia ini
adalah sosok garda depan yang bisa membangun suatu peradaban bangsa yang
lebih baik. Jika kita boleh menilai berhasil tidak nya suatu bangsa,
bisa dilihat dari peran dan perilaku dari para pemudanya.
Jika pemudanya hanya melakukan
tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat, seperti minum-minuman keras,
narkoba, pergaulan bebas yang kelewat batas, yang kesemuanya itu
mengarah kepada hal-hal negatif dan tidak bermanfaat, maka bisa
dikatakan nyawa suatu negara itu sudah di ambang ajal. Oleh karenanya,
tugas pemuda dalam membangun bangsa adalah, yakni terus menerus belajar
dan berjihad memerangi kebodohan.
Selanjutnya, pemuda itu tidak melulu
membangga-banggakan kesuksesan maupun harta dari orang tuanya. Ada dua
pepatah arab yang perlu kita renungkan. Diantaranya “innal fata man yaqul ha ana dza, laysal fata man yaqulu ka na abi..!”
(Seorang pemuda ialah siapa yang berani menepuk dada dan berkata
“inilah aku”. Bukan pemuda yang mengatakan “adalah ayahku”. Dan “inna fii yadii sukban amrul ummah wa fii aqdaamiha hayataha” (Sungguh di tangan pemuda-lah masa depan/urusan ummat, dan di atas pundaknyalah kelangsungan kehidupannya).
Pepatah itu patut menjadi sebuah
renungan bagi kita bahwa gerakan atau peran pemuda inilah yang sedang
dinanti-nanti oleh khalayak. Para pemuda harus mampu mewujudkan sebuah
perubahan bangsa yang awal mula terpuruk menjadi jaya, yang lemah
menjadi kuat, dan mampu mengubah kondisi umat islam semakin terpandang
baik dari sebelumnya.
Kedua adalah penguasa. Penguasa dalam
hal ini adalah pemimpin bangsa, yakni presiden. Sosok presiden ialah
seorang yang harus bisa mengayomi umat. Jika ia tahu permasalahan
bangsa, maka harus tergerak untuk menyelesaikannya. Bukan malah menutup
diri.
Setidaknya, ada dua peristiwa besar yang
akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik. Terlihat, peran presiden
dan negara tidak hadir disana. Pertama adalah Irshad Manji dan kedua
adalah Lady Gaga. Dua sosok perempuan itulah yang kini tengah
menggegerkan umat Islam di seluruh pelosok negeri. Sebenarnya, kasus
tersebut tidaklah perlu berlarut-larut, jika kedewasaan umat dan peran
presiden itu hadir disana.
Sepertinya, umat islam masih galau
dengan aliran ‘aneh’ yang datang kepada kita. Kalau tidak disikapi lebih
dewasa, maka akan merugikan kita sendiri. Karena fenomena seperti;
sesat dan aneh akan terus hadir, menyeruak ditengah kita. Oleh sebab
itu, kalau boleh mengatakan, umat islam Indonesia lebih sering
disibukkan dengan perdebatan-perdebatan kusir yang tak bermanfaat.
Polemik-polemik yang sepele dan remeh temeh. Sebelum kedatangan irshad
Manji dan Lady Gaga pun, umat islam Indonesia sudah buruk akhlaknya. Dan
kalau masih diributkan hingga terjadi kontak fisik, hingga melakukan
tindak kriminal, kekerasan. Hemat penulis, itu hanya orang-orang “lebay”
saja yang melakukannya.
Saat ini, yang dibutuhkan umat islam indonesia adalah persatuan umat. Ummatan waahidah.
Dan, perbedaan dalam menyikapi suatu masalah adalah rahmat. Tak perlu
menjadikan hubungan kita–sesama muslim–harus retak, hanya karena perkara
remeh temeh tersebut. Perlu di ingat, permasalahan terbesar umat islam
yang paling mendasar adalah kebodohan dan kemiskinan. Orang-orang yang
bodoh, biasanya melakukan kekerasan dan perilaku korup. Karena, disini
ia terkungkung dengan miskin ilmu dan miskin interaksi sosial. Lebih
mengedepankan dirinya atau pendapatnya yang ‘paling’ benar dari pada
yang lain. Oleh sebab itu, penguasa, dalam hal ini presiden, harus
bertnggung jawab dalam permasalahan ini.
Ketiga, pengusaha. Watak seorang pengusaha atau entrepreneur
adalah mereka yang tidak kenal putus asa, dan terus bergerak dalam
pusaran roda dinamika kehidupan. Entah itu dalam keadaan sulit, galau,
terpuruk, dan lain sebagainya.
Pemerintah harus memberikan porsi lebih
terhadap produk dalam negeri yang dihasilkan oleh pengusaha itu. Tidak
perlu mengimpor barang dari luar negeri. Karena produk-produk dalam
negeri juga tidak kalah hebatnya dengan produk impor. Namun, karena kita
kurang Pe-De dengan buatan kita sendiri, maka yang terjadi adalah tidak
menghargai karya anak bangsa.
Dengan demikian, pemuda, penguasa, dan
pengusaha harus bisa bersinergi dalam membangun peradaban umat islam
agar lebih baik baik. Terutama dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan.
Muslim harus bangkit untuk menuju sebuah peradaban yang lebih cerah dan
mampu membawa nama Islam sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya
untuk kaya. Baik itu kaya hati, moral, dan akal. Dengan begitu, jargon Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih memang terbukti.Wallahhu A’lam Bisshowab. di Nukil dari blog :http://erlinet.tk/2013/01/apa-benar-al-islamu-yalu-wala-yula-alaih/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar