Senin, 15 Februari 2010

Filsafat kelahiran

Filsafat kelahiran
oleh : asepjamaludin
Pengarang : Asep Jamaludin


Rotasi waktu bergerak begitu cepat mengiringi setiap hembusan nafas yang ¬masuk-keluar-lalu masuk lagi pada fananya kenyataan alam dunia ini. Tak henti-hentinya manusia yang mengaku penghuni utama semesta dunia ini berambisi dan berambisi untuk meraih dan mendapatkan segala hal yang dapat memberikan kepuasan dalam aji mumpung-nya kehidupan—baik yang bersifat material seperti harta, tahta dan harkat. Maupun yang bersifat immaterial seperti perolehan keuntungan pahala sebanyak-banyaknya guna membeli sepetak lokasi di surga nanti.
Kehidupan dan masa depan adalah suatu hal unik yang pernah hadir dalam fenomena ke-manusia-an dimana kedua hal tersebut tidak pernah bisa di perkirakan hasilnya meskipun kematangan konsep telah diciptakan bahkan dijalankan. Keunikan kedua hal tersebut bagi sebagian kalangan menjadi fenomena yang sangat pantas untuk dicerna dalam dunia maya sedalam-dalamnya dan sedetail-detailnya, namun bagi sebagian kalangan yang lainnya justru menjadi peluang yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memperoleh sesuatu atau imbalan yang manusia sendiri tak mampu menilainya dan hanya mampu dinikmati saja.
Kehidupan kemudian menjadi arena berkumpulnya makhluk-makhluk dengan bentuk kasar dan ambisius. Persengketaan antara hak dan batil menjadikan simbol dualisme realita manusia dalam menapaki waktunya pada alam kali ini. Kehidupan pun memberikan deskripsi kongkrit bahwa setiap makhluk yang dikatakan hidup adalah mereka yang melakukan pergerakan, manusiakah itu? Hewankah itu? Atau Tumbuhankah itu?. Setiap gerakan menjadi simbol pada sebuah perubahan atau pertumbuhan makhluk, sehingga dalam realita-nya tidak ada suatu apapun yang dikatakan makhluk jika tidak melewati masa-masa awal pertumbuhan.
Manusia secara biologi diciptakan dari pertarungan sengit antara sel sperma jantan yang terbaik dengan sel ovum betina, pun yang terbaik, maka terciptalah manusia dengan segala kerapuhannya dalam kandungan rahim seorang wanita. Beberapa bulan kemudian keluarlah manusia dari rahim tersebut dan untuk pertama kalinya menghirup sesegaran aroma dunia yang terkadang harum terkadang pula busuk menyengat.
Prosesi kenyataan yang dikenal dengan kelahiran sesosok makhluk yang bernama bayi selalu dihiasi dengan sebuah tangisan dahsyat, seolah-olah memberikan simbol bahwa sesungguhnya alam yang akan dilaluinya kali ini sangat perih dan kejam. Mungkin jika pada waktu itu, sebelum adam dan hawa diturunkan ke dunia karena memakan buah yang dilarang Tuhan kepadanya mereka diberikan pilihan mungkin juga mereka tidak akan memilih untuk tinggal di dunia tetapi justru mereka akan lebih memilih untuk tinggal disurga selama-lamanya karena konon katanya tempat yang bernama surga itu sangat indah dan sungguh sangat nyaman.
Terlepas, Masa yang digerakan oleh waktu memberikan jeda pada kehidupan manusia untuk bertumbuh dan melakukan pergerakan baik secara fisik maupun non-fisik, sehingga sampailah manusia pada sebuah kenyataan dimana ia diberikan kesempatan untuk bereksplorasi, bertindak dan bersenggama dengan hal-hal yang disukainya, walaupun tidak sedikit dari makhluk yang bernama manusia ini yang tidak mendapatkan kesempatan seperti ini atau terputus usianya di dunia dan berpindah ke tempat selanjutnya setelah dunia.
Bagi mereka yang mendapat kesempatan lebih lama, mereka mencoba bahkan ada juga yang memastikan untuk memprediksikan masa depan mereka guna meraih penghidupan yang tentunya lebih baik. Aneka reka perkara dilakoni agar apa yang diharapkannya diperolehnya, ada yang bergerak dengan diawali memohon pertolongan dari sesuatu yang dianggapnya sacral dan suci kemudian melangkahkan kakinya dan ada pula yang bergerak sesuai dengan kemantapan atau keahlianya dalam berfikir dan bertindak untuk mencapai kenyamanan kehidupan dirinya hari ini dan selanjutnya.
Kepuasan batin dan pengakuan public-lah yang dijadikan sebagai parameter mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, karena setiap dari mereka meng-amin-kannya, dalam pengertian bahwa setiap manusia memimpikan dan merindukan dirinya berada pada tataran kenyataan tersebut. Kenyamanan dan kepuasan adalah suatu titik dimana manusia orgasme setelah menjalani kasar-lembutnya roda perputaran kehidupan.
Tuhan yang telah menciptakan waktu dan manusia memberikan kodenya dengan detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Hukum dalam kehidupan manusia ini meniscayakan bahwa waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi, meskipun hanya dalam putaran detik, menit, jam, hari, bulan ataupun tahun. Waktu yang bertambah secara alamiah memberikan tambahan point pada dimensi kehidupan manusia setiap detiknya, dimana dalam setahun manusia telah melewati 31.536.000 (tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu) detik untuk meng-kode-kan berapa banyak waktu yang telah dilewatinya dan perlu diingat bahwa tidak pernah ada waktu yang berkurang kalaupun ternyata pernyataan itu hadir maka sesungguhnya pernyataan itu hanyalah ungkapan depresi dari mereka yang senantiasa tidak memperoleh kenyamanan dan kepuasan dalam jeramnya arung nafas yang bolak-balik keluar masuk dari dalam hidungnya. Setiap detik dalam kehidupan manusia akan senantiasa diwarnai oleh sepercik goresan fenomena yang kemudian disebut pengetahuan oleh manusia yang dengan pengetahuan tersebut akhirnya manusia mengklaim bahwa dirinya telah menaklukan alam kehidupannya kali ini yang dahulu diawalinya dengan isak tangis dan letupan air mata yang keluar dari kedua bola matanya.
Diterbitkan di: Oktober 07, 2009


Link yang relevan :

* http://www.asep-jamaludin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar