NABI YUSUF A.S. DALAM AL-QUR'AN (Membaca Semiotika)
Semiotika adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial dan kebudayaan merupakan sekumpulan tandatanda.
Secara garis besar, ranah kajian semiotika dibagi menjadi dua, semiotika
signifikasi yang dimotori oleh Ferdinand de Saussure dan semiotika komunikasi
yang dimotori oleh Charles Sanders Pierce.
Semiotika signifikasi ditekankan pada
aspek hubungan antara penanda dan petanda, sedangkan semiotika komunikasi
ditekankan pada aspek komunikasi. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan
atau konvensi-konvensi yang memungkinkan suatu tanda dalam masyarakat
memiliki arti, sehingga semiotika pun memiliki ranah kajian yang begitu luas.
Al-Qur'an dengan menggunakan bahasa sebagai media merupakan lahan
subur bagi kajian semiotika. Oleh karena itu, semiotika al-Qur'an dapat menjadi
cabang bidang penerapan semiotika, karena di dalamnya terdapat tanda-tanda yang
memiliki arti. Semiotika al-Qur'an dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu semiotika
yang mengkaji tanda-tanda dalam al-Qur'an, di antaranya: kalimat, kata atau huruf,
dan totalitas struktur di dalamnya.
Hal ini menunjukkan seluruh wujud al-Qur'an
adalah serangkaian tanda-tanda yang memiliki arti. Penelitian ini dibatasi pada
analisis hubungan tanda-tanda dalam kisah Nabi Yu>suf a.s., serta bagaimana tandatanda
tersebut digunakan sebagai wahana komunikasi.
Pembacaan terhadap kisah Nabi Yu>suf a.s. dilakukan melalui dua tahap, yaitu
pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif.
Pembacaan heuristik adalah
pembacaan berdasarkan konvensi bahasa, atau berdasarkan konvensi sistem semiotik
tingkat pertama. Pembacaan retroaktif atau hemeneutik adalah pembacaan
berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua, atau berdasarkan konvensi di atas
konvensi bahasa. Dua tahapan pembacaan di atas menghasilkan tingkatan makna
yang berbeda.
Mimpi Yu>suf tentang ah}ada ‘asyara kaukaba>, al-syams, al-qamar, dan
sajidi>n merupakan tanda-tanda yang mengacu pada sebelas bintang, matahari, bulan,
dan aktifitas sujud dalam pengertian denotatif. Pembacaan retroaktif menunjukkan
bahwa tanda-tanda tersebut adalah simbolisme.
Tanda ah}ada ‘asyara kaukaba>
merupakan simbol dari sebelas saudara Yu>suf, al-qamar simbol Ya‘qu>b, sedangkan
al-syams adalah simbol ibu Yu>suf. Sementara itu, sajidi>n merupakan simbol
ketundukan orang-orang tersebut kepada Yu>suf.
Penggunaan simbol sebelas bintang, matahari, dan bulan juga memiliki
makna konotasi lain. Tanda-tanda tersebut merupakan benda-benda langit yang
sangat tinggi. Tanda-tanda itu merupakan simbol dari sesuatu ‘yang tinggi’ yang
bersujud kepada Yu>suf.
Hal ini bermakna tingginya derajat dan kedudukan yang
akan diperoleh Yu>suf, sehingga membuat benda-benda langit bersujud kepadanya.
Sementara itu, sujud benda-benda langit tersebut merupakan bentuk gambaran
ketinggian kemuliaan yang diraih oleh Yu>suf.
Pembacaan semiotik tidak hanya menganalisis tanda-tanda dan mencari
tingkatan makna yang ada. Sesuai dengan kajian semiotika komunikasi, tanda-tanda
tersebut merupakan wahana untuk komunikasi, sehingga terdapat pesan-pesan
filosofis atau ideologi-ideologi yang tersembunyi di dalamnya.
Pesan-pesan tersebut
adalah kesabaran, etika, sikap optimis, dakwah, ekonomi, hukum, dan kekuasaan
Allah.
Pesan-pesan inilah yang disampaikan melalui media kisah Yu>suf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar