Rabu, 05 Juni 2013

Apa Benar, Al-islamu Ya’lu Wala Yu’la ‘alaih?

Ketika membaca sebuah sabda Nabi yang berbunyi: Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih: Islam senantiasa unggul, dan ia tidak akan terungguli. Itu merupakan sabda Rasul yang sampai sekarang kerap kali kita dengar di tiap-tiap khutbah jum’at atau ceramah-ceramah oleh para da’i.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Disatu sisi, sabda Nabi tersebut menjadikan umat Islam terus berpacu untuk semangat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khoirot. Namun, disisi lain, kata-kata itu pula yang meninabobokan umat Islam dalam angan-angan hingga tertidur dan berterbang tinggi dalam buaian janji-janji. Yang mana ia telah lupa bahwa sekarang, banyak kemunduran dan kekurangan dari kita. Yakni, dewasa ini, angka kemiskinan di negara kita yang mayoritas orang islam masih melangit.
Fakta ini bisa dilihat Berdasarkan data dari Badan Pusat Statiska (BPS). Di tahun 2011 kemarin, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 30, 02 juta jiwa. Seperti yang kita tahu, jumlah penduduk di Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam ini kondisinya semakin mengerikan. Hal ihwal ini merupakan sebuah tamparan keras bagi kita semua.
Pertanyaannya, ada apa dengan Islam? Apakah salah sabda yang di lontarkan dari Rasul itu? Ataukah umat muslim sendiri yang acuh tak acuh dengan kondisi yang ada sekarang ini. Masih dengan enjoy-nya menikmati kesengsaraan, ketertindasan, dan serba kekurangan.
Sehingga kenyataanya ini jauh terbalik dari Jargon Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih.. tetapi Islam menjadi yu’la ‘alaih. Diungguli oleh yang lain. Maka tak ayal, generasi muslim saat ini hanya melihat kata-kata itu tiada lain sebatas jargon yang jauh panggang dari api.
Pentingnya peran pemuda, penguasa, dan pengusaha
Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang mempunya andil dan peran besar dalam membangun Islam agar lebih baik? Dalam menyikapi pertanyaan diatas, setidaknya ada tiga komponen penting yang menurut penulis ialah orang yang bertanggung jawab dalam mengurusi nasib bangsa.
Pertama ialah pemuda. Negara kita tengah merindukan peran pemuda yang bisa membangun peradaban umat. Ia ini adalah sosok garda depan yang bisa membangun suatu peradaban bangsa yang lebih baik. Jika kita boleh menilai berhasil tidak nya suatu bangsa, bisa dilihat dari peran dan perilaku dari para pemudanya.
Jika pemudanya hanya melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat, seperti minum-minuman keras, narkoba, pergaulan bebas yang kelewat batas, yang kesemuanya itu mengarah kepada hal-hal negatif dan tidak bermanfaat, maka bisa dikatakan nyawa suatu negara itu sudah di ambang ajal. Oleh karenanya, tugas pemuda dalam membangun bangsa adalah, yakni terus menerus belajar dan berjihad memerangi kebodohan.
Selanjutnya, pemuda itu tidak melulu membangga-banggakan kesuksesan maupun harta dari orang tuanya. Ada dua pepatah arab yang perlu kita renungkan. Diantaranya “innal fata man yaqul ha ana dza, laysal fata man yaqulu ka na abi..! (Seorang pemuda ialah siapa yang berani menepuk dada dan berkata “inilah aku”. Bukan pemuda yang mengatakan “adalah ayahku”. Dan “inna fii yadii sukban amrul ummah wa fii aqdaamiha hayataha” (Sungguh di tangan pemuda-lah masa depan/urusan ummat, dan di atas pundaknyalah kelangsungan kehidupannya).
Pepatah itu patut menjadi sebuah renungan bagi kita bahwa gerakan atau peran pemuda inilah yang sedang dinanti-nanti oleh khalayak. Para pemuda harus mampu mewujudkan sebuah perubahan bangsa yang awal mula terpuruk menjadi jaya, yang lemah menjadi kuat, dan mampu mengubah kondisi umat islam semakin terpandang baik dari sebelumnya.
Kedua adalah penguasa. Penguasa dalam hal ini adalah pemimpin bangsa, yakni presiden. Sosok presiden ialah seorang yang harus bisa mengayomi umat. Jika ia tahu permasalahan bangsa, maka harus tergerak untuk menyelesaikannya. Bukan malah menutup diri.
Setidaknya, ada dua peristiwa besar yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik. Terlihat, peran presiden dan negara tidak hadir disana. Pertama adalah Irshad Manji dan kedua adalah Lady Gaga. Dua sosok perempuan itulah yang kini tengah menggegerkan umat Islam di seluruh pelosok negeri. Sebenarnya, kasus tersebut tidaklah perlu berlarut-larut, jika kedewasaan umat dan peran presiden itu hadir disana.
Sepertinya, umat islam masih galau dengan aliran ‘aneh’ yang datang kepada kita. Kalau tidak disikapi lebih dewasa, maka akan merugikan kita sendiri. Karena fenomena seperti; sesat dan aneh akan terus hadir, menyeruak ditengah kita. Oleh sebab itu, kalau boleh mengatakan, umat islam Indonesia lebih sering disibukkan dengan perdebatan-perdebatan kusir yang tak bermanfaat. Polemik-polemik yang sepele dan remeh temeh. Sebelum kedatangan irshad Manji dan Lady Gaga pun, umat islam Indonesia sudah buruk akhlaknya. Dan kalau masih diributkan hingga terjadi kontak fisik, hingga melakukan tindak kriminal, kekerasan. Hemat penulis, itu hanya orang-orang “lebay” saja yang melakukannya.
Saat ini, yang dibutuhkan umat islam indonesia adalah persatuan umat. Ummatan waahidah. Dan, perbedaan dalam menyikapi suatu masalah adalah rahmat. Tak perlu menjadikan hubungan kita–sesama muslim–harus retak, hanya karena perkara remeh temeh tersebut. Perlu di ingat, permasalahan terbesar umat islam yang paling mendasar adalah kebodohan dan kemiskinan. Orang-orang yang bodoh, biasanya melakukan kekerasan dan perilaku korup. Karena, disini ia terkungkung dengan miskin ilmu dan miskin interaksi sosial. Lebih mengedepankan dirinya atau pendapatnya yang ‘paling’ benar dari pada yang lain. Oleh sebab itu, penguasa, dalam hal ini presiden, harus bertnggung jawab dalam permasalahan ini.
Ketiga, pengusaha. Watak seorang pengusaha atau entrepreneur adalah mereka yang tidak kenal putus asa, dan terus bergerak dalam pusaran roda dinamika kehidupan. Entah itu dalam keadaan sulit, galau, terpuruk, dan lain sebagainya.
Pemerintah harus memberikan porsi lebih terhadap produk dalam negeri yang dihasilkan oleh pengusaha itu. Tidak perlu mengimpor barang dari luar negeri. Karena produk-produk dalam negeri juga tidak kalah hebatnya dengan produk impor. Namun, karena kita kurang Pe-De dengan buatan kita sendiri, maka yang terjadi adalah tidak menghargai karya anak bangsa.
Dengan demikian, pemuda, penguasa, dan pengusaha harus bisa bersinergi dalam membangun peradaban umat islam agar lebih baik baik. Terutama dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan. Muslim harus bangkit untuk menuju sebuah peradaban yang lebih cerah dan mampu membawa nama Islam sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk kaya. Baik itu kaya hati, moral, dan akal. Dengan begitu, jargon Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih memang terbukti.Wallahhu A’lam Bisshowab. di Nukil dari blog :http://erlinet.tk/2013/01/apa-benar-al-islamu-yalu-wala-yula-alaih/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar